Tampilkan postingan dengan label Entrepreneurship. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Entrepreneurship. Tampilkan semua postingan

Mengapa Iklan Facebook Ditolak Terus?

Tulisan ini hanyalah sekadar berbagi pengalaman kami dalam menggunakan Facebook Ads atau beriklan di Facebook. Kami hanya fokus di marketplacenya saja, tidak membuat landing page / website, atau mengarahkan ke Facebook Page. Karena kami berupaya untuk fokus di transaksi / order, jadi orang memesan lewat WhatsApp atau Messenger, lalu melakukan transfer dan seterusnya.

Kami sudah mencoba membuat iklan untuk diarahkan ke likes / komentar, tapi hasilnya tidak ada satu order pun yang terjadi. Mungkin ini karena masih belajar pelan-pelan juga.

Oke, kembali ke topik utama.

Alasan Utama Iklan Facebook Ditolak Terus

Kenapa iklan kita seperti ditolak secara otomatis oleh Facebook? Sebelum itu, jangan beranggapan negatif bahwa ada pesaing usaha yang melakukan report di account kita. Walau kemungkinan ke arah itu sebetulnya ada juga. Sebetulnya Facebook sendiri sudah jelas memberikan kebijakan, sehingga apabila ada hal-hal yang melanggar kebijakan iklan di Facebook, maka otomatis iklan kita akan direject.

Apa saja kebijakan dari Facebook yang biasanya sering dilanggar oleh pemasang iklan? Bahkan, foto yang sama pernah kita gunakan untuk beriklan di Facebook dan diterima, mengapa iklan yang sama persis bisa tertolak?

iklan facebook ditolak terus


Alasan singkat dari semua penolakan Facebook adalah karena kita melanggar salah satu atau sebagian dari aturan Standar Komunitas dan/atau Kebijakan Perdagangan. Standar Komunitas, di dalamnya ada aturan tentang etis atau tidak etis. Sederhananya, di dalamnya memuat nilai-nilai positif, memastikan agar semua orang merasa dihargai dan diuntungkan. Tulisan ini mungkin tidak akan mengarah terlalu dalam di situ. Untuk lebih jelas, silakan baca Standar Komunitas Facebook.

Selain Standar Komunitas, Facebook juga menerapkan aturan terkait cara berjualan di marketplace, yang tertuang dalam Kebijakan Perdagangan

Menjual Produk Dewasa

Di Facebook tidak diperkenankan untuk menjual alat bantu s3ks dan obat-obatan untuk menambah kemampuan secara s3ksual. Tapi, produk yang terkait dengan alat kontrasepsi atau program keluarga berencana masih bisa diterima.

Termasuk yang ditolak adalah produk dengan pemosisian aktivitas seksual yang berlebihan seperti foto separuh telanjang dan adegan yang tersirat.

"Ah, tapi kan saya cuma jualan minuman herbal? Kok, tetap direject?" 

Mungkin ada alasan lain yang membuat iklan Anda ditolak oleh Facebook. Tetaplah membaca.

Bukan Barang Nyata (tidak berbentuk fisik) atau Jasa

Barang-barang yang sifatnya jasa, atau tidak memiliki bentuk fisik (seperti berkas gambar dll) akan memiliki kemungkinan tertolak. Ini termasuk tiket acara / nonton konser. Untuk barang-barang semisal ini, kita bisa meminta izin tertulis dan khusus dari Facebook.

Untuk jasa, termasuk tiket perjalanan wisata, jualan tiket pesawat, spa dan pijat, pengecatan rumah, perawatan lapangan, perbaikan jaringan listrik, pembetulan saluran pembuangan, bersih-bersih AC, layanan fotografi, jasa dokter hewan, dan berbagai jasa lainnya. Kalau lolos, berarti masih hoki.

Barang tidak nyata seperti sesuatu yang bisa didownload, juga kemungkinan besar bakal direject Facebook. Misalnya akun netflik, akun game, layanan internet, langganan Spotify, kupon voucher, file musik / film / PDF, dan sejenisnya.

Deskripsi dan Foto tidak sesuai

Antara barang yang dijual dengan fotonya harus sinkron. Kita tidak bisa menarik perhatian orang dengan foto seorang wanita cantik namun barang yang dijual adalah minuman kesehatan atau vitamin. Mungkin kalau ceweknya sambil pegang produknya, masih boleh.

Intinya yang "misleading" dan berbau click bait begitu bakal ada kecenderungan buat ditolak Facebook. Jualan hape tapi batangan, misalnya.


Jual Beli Binatang Hidup

Ini termasuk binatang untuk diadopsi. Memang agak tricky karena kalau kita jualan lele kan fotonya mungkin masih pakai lele di dalam kolam yang masih bisa berenang. Jualan ayam kampung bumbu, mungkin pengen pakai foto ayam kampungnya masih bernyawa.

Termasuk dari hal-hal yang dilarang dijual adalah bagian tubuh bintang seperti kaki kambing, organ dalam, gigi, gading, tanduk, bulu, dan semisalnya. Yang masih diperbolehkan misalnya kandang ayam (kandang secara umum), mainan untuk anjing, pengikat leher, dan semisalnya.

Barang Perawatan Kesehatan

Jika kita menjual lensa kontak, termometer, alat P3K, pompa ASI, perban, dermal filler, Botox, produk yang disuntikkan, suplemen, steroid anabolik, vitamin, bubuk protein, dan semacamnya, maka besar kemungkinannya barang kita akan ditolak untuk diiklankan di Facebook. Ini termasuk vape, rokok, atau item sejenis lain yang ada kaitannya dengan nikotin. Tapi aksesori gaya hidup seperti jam tangan sporty, dan alat kebugaran masih memungkinkan.

Tidak Boleh ada "Gambar Sebelum dan Sesudah"

Biasanya iklan-iklan semacam ini adalah iklan pelangsing badan yang memperlihatkan model saat berat badannya 100 kg, lalu di sebelahnya ada model juga yang berat badannya sudah turun. Atau mungkin foto sebelum dan sesudah memakai produk kecantikan tertentu.

Ini termasuk hal-hal yang menyesatkan, menipu, dan mengganggu sejenis lainnya seperti foto orang berpakaian terlalu ketat, atau menampilkan betapa longgar pakaiannya (maksudnya mungkin "ini loh perut saya jadi ramping").

Alkohol dan minuman keras lainnya

Ini termasuk minuman sejenis lainnya yang mengandung alkohol, atau perlatan yang digunakan untuk meraciknya. Tapi buku atau DVD tentang alkohol, gelas minumannya, freezer, atau pembuka botol masih diperbolahkan.

Bagian Tubuh Manusia dan Cairan

Tidak diperkenankan menjual darah, ginjal, organ dalam, urin, lapisan kulit, gigi, dan semisalnya. Tapi kita masih diperbolehkan menjual wig atau alat penyambung rambut.

Peralatan Elektronik terkait kegiatan penyadapan

Kalau jualan remot atau keyboard masih boleh. Yang tidak boleh misalnya kamera berbentuk kancing, alat untuk jamming. Bahasa resminya adalah "semua perangkat yang memfasilitasi atau mendorong tindakan streaming konten digital secara tidak salh atau mengganggu fungsi perangkat elektronik".

Segala hal terkait diskriminasi

Tidak diperkenankan menjual barang dengan mengindikasikan preferensi kepada orang tertentu berdasar ciri-ciri fisik, ras, warna kulit, asal negara, agama, usia, jenis kelamin, orientasi seksual, gender, status pernikahan, disabilitas, atau kondisi medis dan genetik lainnya.

Iklan Facebook ditolak terus mungkin salah satunya karena aturan ini.

Contoh yang cenderung akan dibanned: 
"Dijual rumah khusus keluarga muslim"
"Mohon maaf tidak melayani pembeli di atas 60 tahun"
"Suku X mohon tidak menawar"

Penjualan Dokumen, Uang, dan Instrumen Keuangan

Tidak boleh menjual dokumen asli (atau palsu), uang, instrumen keuangan, atau mata uang virtual. Ini berarti nggak boleh jualan paspor, tanda pengenal, sertifikat, uang (termasuk replika uang), bitcoin, kartu kredit aktif, cek, atau perlengkapan untuk membuat mata uang palsu.

Perjudian

Tidak ada tempat untuk perjudian di marketplace. Ini termasuk judi bola online dan berbagai money game sejenis.

Barang dan Bahan Berbahaya

Bahan-bahan kimia seperti zat yang mudah terbakar, sianida, berbagai cairan bersifat racun, termasuk bahan pupuk seperti pestisida dan insektisida kimia, kemungkinan besar akan ditolak masuk ke dalam marketplace. Tapi racun tikus berbentuk padatan sepertinya masih boleh dijual di marketplace.

Eksploitasi Manusia / Layanan S3ksual

Segala bentuk prostitusi, perdagangan manusia, agensi escort, bahkan menawarkan diri untuk menjadi asisten rumah tangga bisa-bisa kena tolak. Masih menemukan iklan sejenis di Marketplace? Mungkin disamarkan iklannya jadi masih bisa lolos.

Iklan Lowongan Pekerjaan

Ini termasuk skema "cepat kaya" dan sistem multi-level marketing (MLM), pekerjaan dengan model bisnis yang tidak jelas. Kalau mau posting tentang lowongan pekerjaan, ada tempatnya sendiri namanya Facebook for Business. Di situ kita bisa menyebarkan informasi tentang lowongan pekerjaan di perusahaan kita.

Menjual Barang yang "Tidak Ada"

Marketplace itu tempat berjualan. Bukan posting lucu-lucuan, gambar, meme, lelucon, dan sejenisnya. Ini termasuk open donasi, atau berita kehilangan.

Obat-obatan dan Peralatan Obat

Narkoba dan sejenisnya dilarang dijual di marketplace Facebook. Ini termasuk olahan obat, dan peralatannya seperti pipa dan bong. 

Pelanggaran Pihak Ketiga

Ini yang sering nggak terasa. Kami alami sendiri foto produk sudah dibuat sendiri, copy writing sudah diketik sebagus mungkin.

"Ah, mungkin nggak boleh upload foto yang sama untuk iklan berbeda?"

Akhirnya ambil foto risol lagi, diulang dari awal. Masih tetap sama. Iklan Facebook ditolak terus berkali-kali. Udah mikir yang jelek-jelek aja. "Mungkin kena report orang?"

Setelah ditelisik lagi, ternyata di dalam foto ada logo WhatsApp dan Instagram. Sebetulnya kecil sekali di samping nomor handphone dan akun Instagram kami. Setelah logonya dibuang, dan porsi tulisan di dalam gambar kami kurangi, akhirnya post iklan terbit juga. Alhamdulillah.

Selain logo di dalam foto, kita juga tidak berhak mengambil kekayaan intelektual lain dari pihak ketiga mana pun. Ini termasuk sesuatu yang dimirip-miripkan, semisal Anda bikin produk pake logo Adidas, dan ditulis mereknya Adibas. Kayak gitu-gitu kemungkinan besar ditolak Facebook.

Khusus untuk logo dan penyebutan "Facebook", ini juga ada restriksi tersendiri. Kita tidak bisa sembarangan menyebut "Facebook". Penulisan menjadi "facebook" (dengan menggunakan huruf 'f' kecil) memiliki kemungkinan pelanggaran hak cipta.

Ini termasuk menempatkan logo Facebook di dalam foto produk, walau kecil, seperti problem kami dengan logo WhatsApp dan Instagram di atas. Jika memang harus menempatkan logo Facebook, usahakan sama ukuran hurufnya dan gayanya dengan konten di sekitarnya.

Khusus untuk porsi teks pada gambar atau foto, jangan terlalu banyak atau sampai menutupi inti dari fotonya. Sebisa mungkin malah jangan ada teks pada foto produk. Lalu teks ditaruh di mana? Di title dan deskripsi bisa. Iklan dengan teks pada gambar yang sedikit akan lebih menarik atau jangkauannya akan lebih luas. Cara ini yang paling disarankan oleh Facebook.

Kita bisa melihat kualitas teks pada foto dengan menggunakan tools Facebook di sini https://web.facebook.com/ads/tools/text_overlay.

Kesimpulan

Ternyata banyak juga ya larangan berjualan di Facebook marketplace. Udah kayak kejar-kejaran sama satpol PP. Walau kita lihat banyak juga pelanggaran di Marketplace Facebook terkait aturan di atas, tapi masih banyak juga iklan-iklan yang lolos dan tetap tayang. 

Jika masih saja iklan Facebook ditolak terus, mungkin ada hal kecil dari hal-hal di atas yang kita luput sadar.

Modus Penipuan di Marketplace

Marketplace seperti BukaLapak dan Tokopedia yang menjadi platform untuk bertransaksi jual beli secara online, bukannya tanpa celah. Walau menjadi “escrow” atau penengah bin pihak ketiga yang membuat transaksi hampir dipastikan berjalan lancar, marketplace bisa dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk mencari keuntungan yang tak sepatutnya, walaupun bukan sepenuhnya untuk menipu. Berikut beberapa modus yang sering dijumpai di marketplace.

borgol
Gambar dari Bill Oxfod / Unsplash


Mengejar cashback

Pertama, oknum akan membuat beberapa account (palsu atau asli), melakukan verifikasi dst, sehingga terlihat sebagai pengguna biasa. Jumlahnya relatif, jika ingin banyak ya buat account yang banyak sekalian. Kita ibaratkan ada account utama X, dan sebut saja akun abal-abal A,B, dan C.

Dari sini pelaku beraksi untuk mendapatkan keuntungan dari cashback dengan cara membuat transaksi palsu sebanyak mungkin, dengan nilai maksimal dan variatif (untuk mengecoh). Contoh, promo cashback 5% senilai maksimal Rp 500ribu, akan dimanfaatkan dengan membuat transaksi bodong senilai Rp 10 juta (atau lebih). Orderan bodong ini bisa berupa apa saja, yang paling gampang adalah dengan barang yang kecil namun bernilai tinggi, seperti jam tangan atau perhiasan.

Orderan fiktif dimulai dengan chat dari buyer ke seller, yang tentunya fiktif juga. Ini membuat seolah-olah memang benar terjadi transaksi. Lalu buyer akan mengirimkan 'barang pesanan' yang biasanya fiktif juga, misal dengan mengirim kotak berisi jam tangan biasa, atau bisa saja batu.

Trik di atas dapat digunakan untuk promo sejenis, semisal voucher, potongan harga, atau yang semisalnya. Variasinya banyak dan bisa diimajinasikan.

Menjadi tempat gestun (gesek tunai)

Untuk gestun atau gesek tunai, ini berkaitan dengan metode pembayaran dengan kartu kredit. Marak 'bisnis' gestun ini terjadi di merchant di pusat perbelanjaan atau toko-toko yang besar. Kenapa marak? Karena sebetulnya orang sering menemukan celah-celah untuk diambil benefitnya, dalam hal ini terkait dengan mekanisme penggunaan kartu kredit.

Secara sederhana, gesek tunai ini adalah pinjam jasa merchant untuk mendapatkan cash atau uang tunai dengan biaya atau bunga yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tarik tunai di bank pakai kartu kredit langsung. Intinya sih tetap bayar bunga ke bank, tapi dengan cara pembuatan transaksi palsu di gerai atau merchant yang sudah punya EDC bank yang bekerja sama.

Terkait gestun dan seluk beluknya, silakan baca di artikel saya sebelumnya : Jasa Gesek Tunai Kartu Kredit. Sebisa mungkin jangan pake cara itu.

Nah, mekanisme gestun ini juga tak jarang ditemui di marketplace. Masih menggunakan transaksi palsu, pembayaran dilakukan dengan menggunakan kartu kredit yang terdaftar. Lalu ketika proses transaksi selesai, dana transaksi dikembalikan kepada 'buyer' yang bisa jadi orang yang sama juga. Biaya administrasi penggunaan kartu ini lah yang menjadi selisihnya.

Pinjaman CC dengan bunga ringan

Masih sebelas dua belas dengan metode di atas, buyer bisa mendapatkan cash atau 'pinjaman kartu kredit' dengan metode pembayaran dengan CC. Pertama, buyer abal-abal dan seller abal-abal akan membuat transaksi fiktif dan dibayar dengan kartu kredit, lengkap dengan metode cicilan. Setelah transksi sukses, dana 'dikembalikan' lagi ke buyer lewat belakang. Kartu kredit lalu dibayar per bulan selama masa cicilan.

Mengambil foto seller lain

Seller bisa saja menjadi 'makelar' dengan menjualkan barang seller lain secara tak resmi. Misalnya dengan metode scraping atau metode otomasi lainnya. Sering kita lihat, di marketplace saat mencari dengan keyword yang spesifik semisal nama buku, atau alat elektronik dengan tipe tertentu, maka yang keluar bisa banyak sekali dengan foto yang sama persis dan harga yang tak jauh beda.

Tujuannya adalah penjualan dengan harga yang lebih tinggi (markup) dari harga seller aslinya. Di sini penjual abal-abal ini tak perlu melakukan apapun selain menunggu mangsa datang. Jika buyer melakukan pembelian, maka order akan 'diteruskan' ke seller asli, tentu dengan menggunakan metode 'reseller' dan barang dikirim langsung ke buyer.

Menurut saya ini bukan penipuan sih, tapi lebih ke ketidaketisan dalam berbisnis saja.

Buyer menipu seller, kok bisa?

Bisa juga, seller yang tertipu. Hlo, seringnya kan sebaliknya, buyer yang tertipu oleh penjual? Bisa saja, misalnya dengan melakukan transaksi dan order seperti biasa. Lalu setelah barang sampai, unboxing, dibuat seolah-olah bahwa kotak dari seller berisi barang yang bukan semestinya, rusak, atau bahkan kotak kosong.

Buyer lalu meminta pengembalian dana, berawal dari komplain kepada pihak Marketplace. Seller yang menyerah akan menuruti dengan mengembalikan dana buyer. Di sini pihak buyer diuntungkan karena mendapatkan item gratisan.

Memanipulasi rating dengan transaksi fiktif

Caranya, pada saat berjualan, item dibuat dengan harga yang jauh di bawah harga pasar. Lalu seller membuat transaksi fiktif dan membuat ulasan. Otomatis rating rata-rata akan menjadi tinggi. Di sini seller lalu membuat item dengan harga normal, dan bersiap berjualan seperti biasa.

Menipu Buyer dengan meminta OTP 

Di sini seller memanfaatkan keluguan pembeli dengan membuat seolah-olah ada pesan menuju pembeli dari marketplace. Pihak seller yang mengatasnamakan pihak marketplace, berusaha mengelabui pembeli sedemikian sehingga barang yang dibeli oleh buyer dianggap sudah sampai ke tangan buyer. Seller terlebih dahulu memberi nomor resi palsu, yang entah ke mana tujuannya.

Jika OTP itu digunakan untuk login dan membuat transaksi dianggap selesai, maka dana akan diteruskan ke penjual dan bisa dicairkan segera. Bayangkan kalau nilai transaksinya puluhan juta.

Malu dalam Bisnis adalah Keniscayaan

Di satu malam di akhir 2011, ane cuma punya 2 ribu rupiah di kantong. Mau pulang ke kos di belakang studio Indosiar, dari Setiabudi. Paling murah naik Trans Jakarta Rp 3,500. Artinya duit kurang Rp 1,500. Dulu tiket TJ masih pakai cash, bukan uang digital macam sekarang.

Sempat termenung lama. Bagaimana ya caranya mendapat tambahan Rp 1,500, setidaknya supaya bisa tidur di kos dulu? Soal uang makan besok, ya dipikir sambil rebahan.



Mungkin ada 30 menitan cuma duduk di pinggir jalan sambil sesekali memandangi orang-orang pakai blazer mahal yang lalu lalang. Ya Allah nasib kok begini amat yak, pikir ane. Sedih coy..

Tiba-tiba, cling! Kok, kepikiran buat jualan pulsa aja. Dulu kan nggak kayak sekarang, orang jualan pulsa nggak ada yg online kayak T*pedia, B*kaLapak, dll. Masih marak counter pulsa tepi jalan, dan margin untung-nya lumayan tinggi. Ane ingat masih punya “saldo” agen pulsa daftar ke si Adyatma sekitar Rp 50ribu. Itu aja ane jadiin duit! Berbekal hape dan sms, bismillah niat jualan.

Aduh, tapi mau jual ke siapa nih? Cara nawarinnya gimana? Buka obrolan gimana? Akhirnya karena the power of kepepet, ane nekat aja. Waktu itu ada mbak-mbak dua orang sebelahan sama ane.

“Maaf Mbak, selamat malam. Saya nggak punya uang buat pulang, tapi saya ada saldo pulsa, Mbak minat beli?”

Kira-kira begitulah apa yang terucap. Rasa malu, takut, canggung, semua campur aduk jadi satu. Dan salah satunya dengan enteng jawab, “Oh ya udah nih, ini buat ongkos pulang Mas…” sambil memberi selembar Rp 10,000.

Gampang bet dapet duit??

Tapi saya tolak. Gengsi. “Maaf Mbak saya bukan mau minta, tapi mau jualan pulsa,” kata ane. Walaupun dipaksa si Mbak, akhirnya ane melipir. Sambil jalan kaki ke arah Karet, sambil mikir dan atur strategi lagi. “Mending jangan bilang kalau lagi butuh duit, ntar ujung-ujungnya dikasih sedekah!”

Dan dimulailah perjalanan bisnis ane malam itu. Semua orang, yg lagi nunggu angkot, supir angkotnya, yg lagi nunggu taksi, supir taksinya, satpam, tante girang, Om-om senang, tua muda miskin kaya, siapapun yg ane lihat potensial untuk jadi buyer, pasti ane samperin. Itu dimulai dari Karet ke arah Sarinah.

Penolakan demi penolakan. Tatapan rasa curiga. Ketidakpedulian. Pandangan sinis. Justru kesemuanya ane anggap sebagai hal yg biasa. Awal-awal sih dongkol.

“Maaf nggak butuh”
“Masih banyak”
“Sorry nggak dulu”
“No”
“Guwa pake pasca bro“
“Yg laen aja”
Dan sejenisnya...

Akhirnya dengan bercucuran keringat, pembeli pertama dapet di deket stasiun Sudirman. Alhamdulillah, goceng! Lebih dari cukup untuk satu tiket menuju kasur kosan yg tipis.

Eits, tapi ane nggak mau berhenti. Makin lama kok makin ketagihan jualan. Semacam jadi adrenaline junkie. Jadi, proses yg sama ane terusin sampe halte Sarinah. Bayangkan waktu itu malam Minggu, ramenya kayak apa tuh Bundaran HI.

Takut? Sama siapa?

Malu? Udah kebal dari Karet!

Capek? Kalau nggak capek nggak bisa tidur!

Alhamdulillah akhirnya saldo ludes oleh pembeli terakhir: sekelompok bapak-bapak security yg manggil temen-temennya. Goceng-goceng sih, tapi tetep aja namanya duit.

Malu dalam bisnis adalah keniscayaan. Malu adalah satu fase yg mau nggak mau, suka atau benci, harus dilalui, sebagai seorang pengusaha. Kalau kata buku, sebuah seni untuk bersikap bodo amat.

Bukan yg nyinyir yg bakal bayarin meteran listrik kita yg sering berbunyi. Bukan yg menghina kita yg bakal beliin susu buat anak, mengganti daster istri yg robek di sana-sini, atau membantu melunasi cicilan Tupperware kita. Lisan mereka tak pantas masuk dalam hati kita yg luas. Jadi jangan merasa terhina melakukan pekerjaan yg mereka anggap hina. Yg penting halal, insya Allah.

Semoga bermanfaat.

Catatan : tulisan disalin dari FB Post penulis.

Meningkatkan Performa Karyawan

Mungkin karyawan perlu diingatkan lagi tentang peran pentingnya dari sisi perusahaan. Mari kita analogikan sebuah kumpeni sebagai sebuah kapal bajak laut. Dia punya cause. Dia punya alasan terombang-ambing di tengah laut. Walaupun terkadang kapal itu sedang dalam posisi yang nggak tahu mau ke mana karena badai, seorang kapten masih bisa mempertahankan performa masing-masing kru. Yang jadi koki ya tetap masak, yang jadi petugas kebersihan geladak kapal ya tetap ngepel, dan seterusnya. Sampai ada perintah selanjutnya.

The Cause

Dalam sebuah eksperimen, seseorang diminta untuk mengerjakan sebuah task sederhana. Ia diminta unuk mengurutkan beberapa lembar kertas, sedemikian sehingga kertas-kertas ini terurut berdasarkan angka atau karakteristik tertentu yang diminta oleh si empunya eksperimen. Di percobaan kali pertama, officer masih memeriksa validitas pekerjaan orang tersebut. Masih dicek, apakah benar atau keliru. Untuk setiap percobaan yang selesai, objek eksperimen akan dibayar sejumlah uang, terlepas dari benar tidaknya hasil pekerjaan.

Di percobaan kali kedua, hasil pekerjaan masih diperiksa, namun dengan waktu yang lebih singkat. Random sampling saja begitu. Di kali ketiga, officer sudah tidak memeriksa pekerjaan lagi. Lebih parah, di kali percobaan ke sekian, hasil pekerjaan dimasukkan ke dalam amplop, lalu digunting-gunting tepat di depan objek eksperimen.

Dapat diduga, performa objek eksperimen akan menurun seiring waktu. Ia tidak lagi dapat menerima bahwa hasil pekerjaannya, akan diepelekan. Ia tidak lagi menemukan cause dari apa yang dia kerjakan. Mengambang tanpa arah. Disorientasi.



Dalam bukunya, "A Whole New Mind, Why Right-Brainers Will Rule The Future", Daniel Pink menyebutkan,
'Dangling a very big carrot, led to poorer performance'
Menurutnya, justru memberi insentif yang terlampau besar akan menyebabkan performa menurun. Karena di satu titik tertentu, bukan malah jadi penambah semangat, tapi justru membuat produktivitas menjadi berkurang.

Implementasi

Di dalam kapal, harus jelas hirarki kekuasaan dan ruang lingkup pekerjaan berdasarkan skill dan kapabilitas masing-masing. Bahkan kalau kapten kapal meninggal, ada mekanisme untuk peralihan kepemimpinan. Apalagi kalau yg tercebur ke laut hanya sekelas juru pegang tali layar. Pasti ada mekanismenya. Pasti ada caranya.

Pertama, masing-masing kru kapal harus disadarkan dengan role atawa perannya. Title-nya. Dia ini juru kemudi kah, tukang baca peta kah, mualim kah? Ruang lingkup pekerjaannya apa saja? Kedua, dijelaskan tentang posisinya di dalam hirarki kekuasaan. Dia ini bertanggung jawab kepada siapa. Powernya sekuat apa. Punya bawahan atau tidak? Dalam skema organisasi perusahaan, mungkin jauh lebih kompleks daripada hirarki kapal bajak laut yang kecenderungannya otoriter. Kapten kapal berada di atas semuanya.

Sedangkan di perusahaan, seorang CEO bisa dicopot oleh board. Dalam konteks negara, seorang presiden bisa saja terguling oleh legislatif (seperti yang pernah terjadi di era Abdurahman Wahid). Begitu pula seorang Kapten kapal bisa saja dikhianati dan ditusuk dari belakang.




Modus Penipuan Berujung Blokir Rekening BCA

Ini adalah peristiwa yang dialami istri saya sebagai penjual atau seller. Semuanya berawal dari beberapa transaksi yang mencurigakan sekitar bulan Januari 2019 lalu. Beberapa order dilakukan oleh orang yang sama, kita sebut saja Mawar Beracun. Bu Mawar melakukan 3 kali transaksi dengan alamat tujuan yang sama. Sebut saja nominalnya masing-masing adalah 100rb, 200rb, dan 300rb rupiah.

Walaupun curiga, namun kami masih tetap berprasangka baik karena toh bisa saja status Bu Mawar adalah seorang dropshipper. Transaksi dilakukan tanpa melalui marketplace, di sinilah mungkin celah penipuannya. Semua dilakukan manual: Bu Mawar mengirim bukti pembayaran, istri memeriksa rekening, dan barang pun dikirim. Keanehan selanjutnya, dari 3 bukti pembayaran yang dikirimkan Bu Mawar, semuanya berasal dari nama penyetor yang berbeda. Kita sebut saja Bu Melati, Pak Nanas, dan Bu Tulip. Di sini kami sebetulnya sudah ingin membatalkan order, namun karena kembali ke prasangka awal, maka dari itu barang tetap kami kirim. Ketiganya berkategori mainan anak.

Waktu berlalu. Sekira bulan Maret lalu, istri saya dihubungi oleh pihak BCA melalui telepon, tapi tidak diangkat. Lalu beberapa hari setelahnya datanglah “petugas BCA” yang belakangan kami tahu adalah pegawai outsourcing. Petugas mengatakan ada pelaporan dari nasabah, atas nama Bu Melati (salah satu orang yang mengirim uang ke rekening istri), bahwa istri saya melakukan penipuan dengan tidak mengirimkan barang yang dipesan oleh yang bersangkutan. Sementara kasus diproses, rekening BCA istri saya akan diblokir sampai ada keputusan tidak bersalah.

Sontak kami pun kaget. Ternyata setelah diselidiki, banyak modus serupa yg sudah terjadi. Dengan gambar di bawah ini sebagai ilustrasi.



Secara lengkap, ini kira-kira yang dilakukan oleh Bu Mawar.

  1. Membuat sebuah akun berjualan fiktif. Misalnya berjualan baju.
  2. Menunggu order, dan memastikan target seller. Dalam hal ini, akun seller milik istri saya (target pertama).
  3. Memastikan bahwa order ke istri saya nilai atau nominalnya sama dengan order ke Bu Melati (target kedua).
  4. Saat Bu Melati deal, deal dengan istri saya juga dilakukan. 
  5. Menungu Bu Melati mengirim bukti pembayaran.
  6. Sekadar meneruskan bukti pembayaran dari Bu Melati, kepada istri saya. Lalu mengatakan hal seperti “Iya Bu itu saya kirimnya dari rekening kakak/adik/teman/saudara saya”
  7. Menunggu resi pengiriman dari istri saya. Lalu menerima keuntungan berupa barang.
  8. Terakhir dan yg terpenting : menikmati pertunjukan adu domba yang direncanakannya dari belakang layar, sambil tersenyum gaya iblis.
Kami pun memenuhi panggilan pihak BCA, dan menjelaskan kronologisnya. Bukti percakapan, resi pengiriman, slip pembayaran, semua bukti yang kami punya, telah kami siapkan. Bahkan pihak BCA “mengakomodir” (mungkin lebih tepatnya “mempersiapkan arena alias ring untuk adu mulut”) percakapan istri saya dengan Bu Melati (yang merasa dirugikan) via telepon. Bu Melati bersikeras bahwa istri saya telah melakukan kesalahan. Dengan melihat bukti-bukti yang ada dan setelah menandatangani surat pernyataan bermaterai, akhirnya pihak BCA “memenangkan” kami dan kami diminta pulang ke rumah. Blokir terhadap rekening istri pada akhirnya dibuka oleh BCA.

Kami pun tidak tahu, berapa banyak orang yang telah menjadi korban. Namun untuk 2 transaksi yang lain (yang dilakukan Bu Mawar), hingga tulisan ini saya rilis, tidak ada pelaporan terkait.

Istri saya sempat menghubungi nomor Bu Mawar, yang kami duga adalah penipu alias sutradara dari konflik yg terjadi. Ia dengan tuntas melakoni semuanya, dan menipu semua orang, dengan keuntungan = barang yang dikirim dari istri saya. Nomor Bu Mawar tak lagi bisa dihubungi. Namun dengan mencari nomor Bu Mawar di internet, kami menemukan petunjuk bahwa nomor yang sama digunakan juga oleh akun Instagram berikut https://www.instagram.com/jualkebayapengantiwisudamodern

Pesan dan hikmah dari kejadian ini.

  1. Minimalisir order yang berasal dari luar marketplace. Selain karena lebih beresiko, juga tidak ada sistem review ke pembeli.
  2. Curigai order yang beralamat sama, namun pembayaran dilakukan oleh orang yang berbeda.
  3. Selalu crosscheck identitas pembeli. Jika order berasal dari Instagram yang notabene memang bukan diperuntukkan sebagai platform jual beli, kita harus lebih berhati-hati.
  4. Terakhir, selalu berdoa dan berikhtiar agar setiap rupiah yang kita dapat dari berjualan mendatangkan keberkahan.
Mungkin itu saja cerita dari kami. Semoga bermanfaat dan ke depannya tidak ada lagi korban penipuan serupa. Aamiin.

Kopdar Saudagar Nusantara, Berdaya di Negeri Sendiri

Kopdar Saudagar Nusantara, disingkat KSN adalah sebuah event bagi pebisnis di seluruh Indonesia. Perhelatan ini dibagi menjadi beberapa agenda besar, antara lain Konferensi Saudagar Nusantara (KSN), dan Festival Saudagar Nusantara (FSN).

Kopdar Saudagar Nusantara
Gambar diambil dari website kopdarsaudagar.com

Batu Cincin : Yet Another Market Bubble?

Kita akan buka tulisan ini dengan sebuah cerita ringan.

Alkisah di sebuah kampung di pelosok hutan, datanglah seorang yang kaya raya beserta asisten pribadinya. Si Kaya berniat membeli monyet, dengan dihargai Rp 100ribu per monyet. Warga pun berbondong-bondong mencari monyet ke hutan. Dan memang benar, si Kaya membayar 1 ekor monyet Rp 100ribu. Waktu berlalu, hutan pun mulai langka dengan monyet. Harga per ekor monyet pun naik menjadi Rp 200ribu. Monyet pun semakin langka. Harga monyet pun dinaikkan lagi oleh si Kaya menjadi Rp 300ribu, Rp 500ribu, dan begitu seterusnya hingga Rp 1juta.



Saat monyet menjadi benar-benar sulit didapat, si Kaya pergi ke kota untuk suatu urusan. Asisten pribadinya memberitakan pada warga, "Saya jual monyet-monyet ini per ekor Rp 500ribu, nanti ketika bos saya kembali dari kota, bapak-bapak bisa jual kembali dengan harga Rp 1 juta". Warga pun setuju dan berebut membeli monyet dengan harga Rp 500ribu. Setelah transaksi tersebut, si Kaya dan asistennya tak pernah terlihat lagi.

Apa itu Economic Bubble?

Istilah lain untuk economic bubble adalah market bubble, price bubble, dan semacamnya. Istilah bubble digunakan untuk menggambarkan perdagangan aset yang harganya di atas nilai intrinsiknya. Contohnya, seperti cerita monyet di atas. Dinamakan gelembung, karena pada akhirnya harga barang akan kembali bernilai seperti nilai intrinsiknya. Akan ada masa di mana gelembung akan semakin besar dan tidak dapat lebih besar lagi, dan akhirnya pecah.

Ketika batu cincin sempat booming dan menjadi tren beberapa waktu lalu, sebetulnya kita dapat melihat bahwa akhirnya tren tersebut akan berakhir. Tren seperti ini sebenarnya mirip dengan tren-tren bubble yang lain seperti ikan louhan, tokek, atau gelombang cinta. Banyak pula "pengusaha" dadakan yang terlanjur menginvestasikan tabungannya untuk membeli barang "populer" dengan harapan bahwa suatu saat nanti akan bisa menjualnya di harga yang berkali lipat lebih tinggi.

Apakah ini "Tren Sesaat"?

Untuk mengetahui apakah sebuah bisnis atau barang sekadar tren sesaat alias bubble, sebetulnya tak perlu perhitungan macam-macam. Cukup bandingkan dengan barang setipe yang nilai intrinsiknya memang mahal. Misal, jika kasusnya adalah batu akik, maka bandingkan dengan batu mulia, di mana kualitas dan kadar kelimpahannya di alam sangat jauh. Batu akik tersedia sangat banyak dan tingkat kekerasannya tidak tinggi. Berbeda dengan berlian, intan, atau ruby yang memang sangat langka dan perlu waktu sangat lama untuk terbentuk di alam.

Maka kita bisa lihat bahwa batu akik suatu saat akan semakin berlimpah (karena popularitasnya) dan maka dari itu tidak menjadi barang langka lagi (dan istimewa). Ini juga mirip dengan bunga gelombang cinta dan ikan louhan, yang bisa dibudidayakan sedemikian sehingga market akan jenuh. Ketika market sudah jenuh, maka harga pun otomatis akan turun dan selanjutnya silakan menangis.

Kisah Sukses Sandiaga Uno, Dari Korban PHK Hingga Aset Rp 3 T

Ia memiliki nama lengkap Sandiaga Salahuddin Uno, seorang politisi yang sebelumnya adalah pengusaha. Berdarah Gorontalo, ia lahir di Riau, 47 tahun lalu. Ayahnya bernama Razif Halik Uno (Henk Uno), yang juga merupakan keturunan dari Mufti Guru Uno, salah satu keturunan raja Gorontalo. Ibunya, Mien Rachman Uno (nama aslinya adalah Rachmini Rachman), adalah pendiri Lembaga Pendidikan Duta Bangsa dan Mien R Uno Foundation. Mien Uno juga merupakan kakak dari salah satu tokoh pendidikan Indonesia, Prof. Arief Rachman.


Masa Sekolah Sandiaga Uno

Menurut Sandiaga Uno, benang merah yang mendefinisikan kerja keras adalah disiplin waktu. Ia duduk paling depan ketika masa sekolah. Ibunya mendidik secara keras yang tak bisa dijelaskan sekarang, karena akan masuk kategori KDRT. Sabetan tali pinggang sudah menjadi sarapan rutin. Akan ada hukuman untuk bangun pagi yang tak tepat waktu dan nilai jelek di sekolah. Dari didikan ibunya inilah, etos kerja keras Sandiaga Uno bertumbuh.

Setelah menamatkan kuliah di Wichita State University dengan predikat summa cum laude, ia bekerja sebagai karyawan di Bank Summa pada tahun 1990. Tak butuh waktu lama, prestasinya membawa ia menuju beasiswa di George Washington University. Etos kerja keras terus dibawanya saat mengambil S2. Ketika libur akhir pekan, Sandiaga Uno harus melawan cuaca dingin dan menusuk tulang, berjalan kaki 15-20 menit dari asrama ke perpustakaan, karena ketika libur tak ada bis yang mengantar. Ia merasa diberi kesempatan istimewa : sekolah di luar negeri, diberi beasiswa, dan didukung oleh orang tua. Ia ingin memberikan ikhtiar 100 persen. Tak heran, ia lulus dengan IPK 4,00.

Etos kerja keras itu pun berlanjut hingga ia menjadi profesional dan pengusaha. Ia berusaha untuk datang paling awal, seringnya bersamaan dengan office boy, dan jengah ketika ada karyawan yang masuk kerja jam 10-11 siang.

Salah satu hobinya yang lain adalah membaca buku. Saat ini kacamatanya minus 1,5. Sebelum dioperasi, matanya pernah mencapai minus 11. Itu karena kegemarannya membaca. Kategori buku yang ia sukai adalah buku yang menginspirasi dan memotivasi. Ia menyempatkan membaca buku 1 jam setiap hari.

Menjadi Korban PHK dan (Terpaksa) Berwirausaha

Pada tahun 1997, karir Sandiaga Uno harus kandas karena krisis ekonomi. Ia sempat bekerja tanpa gaji. Perusahaan tempat ia bekerja akhirnya bangkrut dan memecat sejumlah karyawan. Tabungannya pun sudah habis karena diinvestasikan di pasar modal. Dengan berat hati ia memilih untuk kembali pulang ke tanah air bersama istrinya (yang pada waktu itu sedang hamil anak pertama), dengan predikat pengangguran.

Justru keterpurukan itulah yang membuat Sandiaga Uno berpindah haluan untuk menjadi seorang pengusaha. Bersama teman dekatnya kala SMA, Rosan Roeslani, ia membangun PT Recapital Advisors, sebuah perusahaan konsultasi keuangan. Kantor yang mereka sewa pun ala kadarnya saja, dengan karpet warna merah muda dan banyak cermin di dinding. Itu semua karena dulunya kantor tersebut adalah salon dan agensi model. Malu dengan kondisi tersebut, ia dan Rosan sering melakukan rapat dengan calon klien di luar kantor.

Perjalanan bisnis PT Recapital pun bukan tanpa hambatan. Walau karyawannya hanya 3 orang, Sandi mengaku sering kesulitan memberikan gaji. Berjibaku dengan proposal, menunggu berjam-jam di lobi kantor calon klien bersama dengan belasan pengantri yang lain, sudah menjadi rutinitas harian. Pernah suatu kali karena tak ada uang untuk membeli susu anaknya, Sandi berniat meminjam uang pada Rosan. Tak disangka, Rosan pun juga tak punya uang dan berniat meminjam uang ke Sandi.

Klien pertama Sandiaga Uno adalah Jawa Pos Group. Sandi sudah menunggu lama, sebelum CEO Jawa Pos Group akhirnya keluar. Namun, Dahlan Iskan, tak punya waktu untuk menyimak penawaran Sandi secara lengkap. Jadilah, penyampaian Sandi dilakukan di dalam lift. The Power of Elevator Pitch. Penawaran super singkat tersebut akhirnya disetujui Dahlan.

Rejeki Yang Tak Disangka-sangka

Di balik kesuksesan bisnis tiap pengusaha, selalu ada seorang mentor. Mentor bisnis Sandiaga Uno adalah William Soeryadjaya, pendiri Astra. Perkenalan pertama Sandi dengan Om William bermula sejak karirnya menanjak di Bank Summa. Om William menyediakan waktu makan siang bersama Sandi, setiap pekan, hari Sabtu. Mentoring bisnis inilah yang membuat kepercayaan dirinya bangkit setelah di-PHK, sekaligus menjadi cikal bakal lahirnya perusahaan Sandiaga Uno kedua, PT Saratoga Investama Sedaya, yang bergerak di bidang investasi usaha pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan.

Saratoga, di awal masa bertumbuhnya, juga memiliki sebuah kisah unik. Suatu kali ada klien yang menolak membayar jasa konsultasi Recapital. Tak ingin memperpanjang urusan dengan mengajukan gugatan ke pengadilan, Sandi harus rela menerima pembayaran dalam bentuk saham perusahaan klien, yang ketika itu berharga murah. Tak disangka, 3 bulan kemudian, nilai saham tersebut naik terus hingga melebihi hutang klien. Inilah yang membuat Saratoga terinspirasi mengembangkan usahanya ke berbagai investasi di banyak perusahaan.

Kejeniusan Sandiaga Uno kembali ditunjukkan dengan lahirnya Tower Bersama. Ia terinspirasi oleh Sakti Wahyu Trenggono, pemilik Indonesia Tower. Pak Trenggono berpendapat, perusahaan telekomunikasi pada akhirnya akan berhenti membangun menara. Alih-alih membuat sendiri menara telekomunikasi dengan biaya mahal, perusahaan akan menyewa dari perusahaan lain. Peluang ini ditangkap oleh Sandiaga Uno, sedemikian sehingga Tower Bersama meroket menjadi perusahaan besar di bawah bendera Saratoga, selain Adaro Energy.

Perjuangan bisnis Sandiaga Uno dimulai dari sebuah kesulitan. Dimulai dari krisis, pemutusan hubungan kerja, memulai usaha, dan akhirnya memiliki lebih kurang 50 ribu karyawan. Dengan semangat "Kerja 4 As" : Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Tuntas, dan Kerja Ikhlas, ia berhasil membangun banyak perusahaan yang pada akhirnya menumbuhkan asetnya. Hasilnya, pada tahun 2011, ia masuk menjadi orang terkaya nomor 37 di Indonesia, dengan estimasi total aset senilai USD 660 juta, atau sekitar Rp 7 T kala itu.

Saat melaporkan kekayaannya ke KPK dalam rangka menjadi calon wakil gubernur DKI Jakarta, ia memiliki aset Rp 3 T. Sebuah jumlah yang fenomenal untuk ukuran seorang pengusaha asli Indonesia. Ia sering berkeliling ke kampus-kampus untuk menyebarkan semangat kewirausahaan kepada para mahasiswa, dan mengharapkan ada banyak pengusaha baru lahir.

Model Bisnis Advertising

Dalam salah satu adegan di film The Social Network, digambarkan bahwa model bisnis dengan menggaet pemasang iklan (advertising) adalah model bisnis yang tak sepenuhnya disetujui oleh Mark Zuckerberg. Ketika Mark membawa ide tentang TheFacebook.com (domain awal Facebook ketika itu) pada Sean Parker, pendiri Napster (yang pada akhirnya ditutup karena tersandung masalah legalitas), Sean juga sependapat. Namun, Eduardo Saverin, CFO Facebook pada saat itu, tetap berusaha untuk menggaet pengiklan.
iklan

Ada apa dengan model bisnis advertising?

Menurut saya, model bisnis seperti ini berpotensi merusak "kenikmatan" user dalam menikmati konten. Pop ups are not cool. Sidebar ads are not cool. Bahkan ketika user Facebook sudah puluhan ribu pun, Mark tetap bersikeras untuk tidak memasang iklan. Bahkan pihak yang mengaku menyediakan "contextual ads" sekelas Google pun masih sering salah mengartikan konten dengan iklan yang muncul. Misal, ketika saya menulis tentang asuransi secara negatif, maka yang muncul adalah iklan asuransi. Ketika saya menulis tentang saham dan stock market, mengapa yang muncul iklan trading (padahal saya anti terhadap analisa teknikal)?

Google gagal mengartikan maksud dari konten. Dengan demikian, ia gagal menghadirkan iklan yang relevan dengan apa yang menjadi keinginan saya, ditambah lagi kepuasan user menjadi berkurang karena page load website yang lebih lama atau produk yang ditawarkan memang tidak mereka butuhkan.

Saya jadi ingat salah satu quote juragan pabrik tempat saya bekerja
Kalau kita pasang iklan, saya loncat dari lantai 7!

Mengapa harus menggunakan model bisnis advertising?

Model bisnis advertising adalah model bisnis paling mudah, jika kita hanya berbicara tentang media online. Dan memang benar, model bisnis ini adalah model bisnis sejuta umat yang dipakai hampir oleh setiap situs berita atau situs-situs dengan traffic yang tinggi. Bagaimana dengan website ini? Terus terang saya tidak (atau lebih tepatnya belum) berniat untuk meraih pendapatan utama dari sini. Dari Google, saya hanya mendapat sedikit lebih besar dari biaya yang saya keluarkan untuk pembuatan website ini. Domain, hosting, dan sedikit waktu. Tidak lebih. Saya ingin fokus pada barang jualan saya yang lain. Lapak saya bukan di sini.

Alternatif model bisnis advertising

Sebetulnya ada banyak sekali alternatifnya. Misalnya saja premium content atau e-book yang berisi insight. Tapi apa iya orang-orang yang setiap hari baca Detik, akan rela membayar $ 0.99 sebulan untuk membaca berita? Kayak nggak ada situs berita lain aja. Orang akan cenderung menikmati sesuatu yang gratis, walaupun mereka sebenarnya harus mengotori penglihatan dengan tumpukan iklan, pedagang obat kuat, animasi flash, dan semacamnya.

Atau mereka bisa menginstall Adblok.

Dalam dunia marketplace di mobile apps, kita disuguhi In-App Purchase. Ini adalah model bisnis lain yang mengusung tema razor and blade business model. Beri pisau cukurnya dengan gratis, namun kalau mau ganti silet ya mesti beli dari kami. "Aplikasi kami gratis, tapi kalau mau bebas iklan bayar aja $ 0.99 nanti kami nggak kirim iklan Clash of Clans lagi. Oh ya, kalau mau bisa loh naikin level pake item, tapi beli lagi ya".

Atau mau pake model bisnis "jual data personal user"?

Bisnis White Label, Apa dan Bagaimana

Kita sering sekali menemukan produk-produk white label seperti makanan ringan, air minum dalam kemasan, tissue, perkakas rumah tangga, yang diberi label sesuai dengan nama mini marketnya, sebut saja Alfamart atau Indomaret. Apakah Alfamart (PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk) atau Indomaret (PT Indomarco Prismatama) yang meracik sendiri kacang telur dan menjualnya dengan label mereka?
Air Minum Cleo
Cleo atau IndoMaret?

Pengertian White Label

Bisnis white label adalah pemberian merek atau brand pada produk / jasa tertentu yang sebetulnya diproduksi oleh perusahan lain. Bisnis white label sebenarnya bisnis yang tidak saya gemari (nanti kita akan pelajari apa kekurangannya). Contoh white labelling paling sering kita jumpai selain pada bisnis retail, juga pada jual beli atau reseller web hosting. Mula-mula, seseorang membeli hosting dalam 'package' yang besar dari perusahaan hosting X (biasanya kelas dunia). Selanjutnya hosting package yang besar ini dipecah-pecah (dijual ketengan) ke konsumen. Anggaplah hosting ini pun akhirnya diberi cap Kuda Biru atau Hosting Bang Miun. Konsumen tidak akan mengetahui asal muasal hosting ini disewa/dibeli dari perusahaan X. Yang mereka tahu, mereka membeli hosting dari Bang Miun.

White Label vs Supplier/Distributor Tunggal

Misal saya menjual kopi dan karena bernafsu ingin menjual sebanyak-banyaknya, akhirnya saya memutuskan untuk membuat kopi saya tanpa merek alias white label. Haji Usep tertarik membeli, demikian pula Hajjah Minah. Jadi, di pasar kini ada kopi cap Haji Usep, dan kopi cap Hajjah Minah. Beda logo doang dikit. Kopinya ya tetep kopi-kopi saya juga.

Karena white label, saya bebas menjual pada siapa saja. Bang Badrun, Mang Ucup, Solihun, PT Acakadut, siapa pun. Tidak ada batasan dan tidak ada kontrak jelas. Itulah salah satu kelebihan white label. Produk yang sama dijual secara masif pada semua retailer. Pada model kontrak supplier atau distributor tunggal, saya hanya berkewajiban untuk meningkatkan mutu sesuai standar pembeli tunggal. Misal ayam KFC, didapat dari peternakan ayam Haji Sulaiman. Dalam kasus tertentu, mungkin Haji Sulaiman tidak boleh jual ke pihak lain, walaupun (dibandingkan dengan model bisnis white label) konsumen sama-sama tidak tahu ayamnya dari peternakan Haji Sulaiman. Misalnya begitu.

Kekurangan Bisnis White Label

Tidak spesial. Untuk kasus kopi di atas, saya bisa saja menjual ke 100 atau 1000 retailer. Untuk penikmat kopi sungguhan, biasanya mereka tahu bahwa rasa kopi cap Haji Usep dan kopi cap Hajjah Minah sama persis. Namanya juga nggak ada merek. Jadi tujuannya memang jualan dalam skala besar, bukan branding produk.

Tidak ada customer engagement. Karena nggak ada branding khusus, kita tidak pernah ada cinta dengan perusahaan atau produk atau label atau mereknya. Jangan berharap kalau jualan model begini akan dapat customer yang loyal. "Wah, saya sih kalau tiap pagi pasti ngopi kopinya Haji.. Haji siapa ya itu?"

Pelayanan pelanggan yang buruk. Jika kopinya ternyata bermasalah, entah bau apek atau bikin keracunan, siapa sebenarnya yang harus disalahkan? Haji Usepnya, atau saya selaku produsen white label?

Model harga yang berbeda untuk barang yang persis sama. Salah satu tujuan white label seperti yang kita bahas di atas adalah agar barang bisa sebanyak-banyaknya terjual. Ketika pasar sudah 'jenuh' dengan barang yang sama (cuma beda cap saja), biasanya harganya sudah rusak. Makelar yang ini jualnya tinggi, makelar yang sana jualnya margin kecil. Akibatnya 'perang harga' padahal barangnya itu-itu juga.

Manfaat Memiliki Kartu Kredit

Sebagian orang menghindari kartu kredit karena takut 'nyangkut' di debt collector. Namun bagi sebagian orang, manfaat memiliki kartu kredit amat besar, seperti modal usaha dan dana darurat. Terlepas dari pro dan kontra memiliki kartu kredit, ini semua kembali ke bagaimana setiap orang mengatur rencana keuangan sesuai kebutuhan. Menurut Asosiasi Kartu Kredit, jumlah kartu kredit yang diterbitkan di Indonesia adalah 15 juta kartu. Jika satu orang rata-rata memegang 2-3 kartu, maka ada 5-10 juta orang pengguna kartu kredit di Indonesia.
kartu kredit


Manfaat memiliki kartu kredit sangat besar. Di antaranya

Alat bantu pembayaran (online)

Banyak sekali online shop kenamaan dunia seperti eBay, Amazon.com, atau AliExpress yang hanya menerima pembayaran via kartu kredit. Harga beberapa komoditi digital pun lebih murah bila kita order dari luar negeri. Mengapa kartu kredit? Karena kepemilikan kartu kredit dan verifikasinya jauh lebih rumit daripada debit card. Sehingga ini meminimalisir identitas palsu dan transaksi yang tak jelas.

Menunda pembayaran

Yang perlu diingat adalah limit kartu kredit bukan merupakan uang tunai. Sifatnya hanya sekadar untuk menunda pembayaran. Ketika kita membeli barang seharga sekian juta rupiah, kita harus bayar pada saat tagihannya keluar. Untuk yang suka latah belanja, ini memang berbahaya. Oleh sebab itu, bila memang butuh, gunakan kartu kredit dengan limit paling kecil sesuai kebutuhan.

Cicilan 0%

Promo cicilan 0% bertebaran di mana-mana. Biasanya, semakin besar nilai transaksinya, semakin lama pula jangka waktu mencicilnya. Misalnya, di sebuah gerai elektronik ternama, untuk nilai transaksi di atas 3 juta rupiah, maka periode cicilannya menjadi 12 bulan. Cicilan model ini tidak seperti pinjaman kredit ke bank, di mana ketika kita punya rejeki lebih, kita bisa mengajukan pelunasan maju (langsung dibuat lunas sebelum masa kredit berakhir). Bank memang sengaja membuat kita menghabiskan uang lebih banyak dengan waktu yang lebih lama.

Point rewards

Untuk tiap nilai transaksi, biasanya bank memberikan point rewards yang bisa ditukar dengan hadiah-hadiah tertentu seperti boneka, hingga mileages. Atau point ini bisa dikumpulkan untuk dipakai belanja lagi. Ingat bahwa bank ingin kita menghabiskan uang lebih banyak.

Tidak perlu membawa uang tunai

Ini mirip dengan manfaat dari kartu debit. Kalau mau transaksi hanya butuh kartu dan tanda tangan. Kalau pun kartu kredit jatuh ke tangan orang lain yang tidak berhak, kita bisa langsung telpon ke bank untuk melakukan pemblokiran.

Diterima di seluruh dunia

Visa dan Mastercard adalah salah satu issuer yang dominan di Indonesia. Sifatnya yang diterima di seluruh dunia, membuat perjalanan Anda lebih praktis karena tidak perlu melakukan penukaran uang di money changer. Namun berhati-hatilah karena mayoritas kartu kredit mengenakan biaya tambahan untuk setiap transaksi. Ini merupakan "upah" dari transaksi dari bank lokal dengan penjual luar negeri.

Membantu mencatat transaksi keuangan

Dengan mencatat setiap transaksi keuangan dengan Toshl, kita bisa membuat tag atau label tersendiri, misalnya "credit card". Ini akan memudahkan mengelola pengeluaran, dan mengira dengan pasti berapa tagihan kartu kredit bulan berikutnya.

Berhenti Berbisnis Titip Beli Barang dari Luar Negeri

Sudah hampir setahun saya membuka jasa titip beli barang dari luar negeri. Bisnis ini saya jalankan dengan cara yang sederhana, seperti yang pernah saya tulis di tulisan tersendiri : Bisnis Jasa Titip Beli Barang dari Luar Negeri. Pada hari yang cerah ini, saya memutuskan untuk berhenti. Bukan karena nggak menguntungkan, justru saya mendapatkan uang yang sepadan dari hasil kerja yang tak seberapa keras. Mengapa tak seberapa keras? Karena sebenarnya bisnis ini adalah model bisnis makelar.

jasa titip beli barang dari luar negeri

Apa alasan saya berhenti dari bisnis yang sebenarnya menguntungkan?

Jenuh Berbisnis

Kejenuhan adalah penyakit setiap orang yang membuka usaha. Anda bisa bayangkan, saya sudah melayani banyak sekali orang dari beragam latar belakang, profesi, hingga kelakuan. Ada yang sekadar bertanya-tanya sahaja. Ada juga yang beli dari online shop yang tidak terkenal. Ada yang baru pertama kali bertransaksi online. Kalau diingat-ingat lagi, saya sungguh terharu dan merasa berterima kasih plus beruntung atas rejeki dari Allah dan masih diberi kesempatan menjalin silaturahmi dengan orang-orang yang belum saya kenal sebelumnya. Orang-orang saya yang masih saya ingat antara lain : Astrid, Ibu Ratna (yang repot-repot menemui saya di kantor bersama suami, dari Bandung pula! Subhanallah), Fatya (dari Kalimantan Selatan), Bapak Syahril (semoga sukses untuk hasil thesisnya), dan masih banyak lagi yang tak bisa saya sebut satu per satu.

Pada tulisan kali ini pula, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala khilaf dan kekurangan saya sebagai penjual. Materi yang saya dapat mungkin tak seberapa (hanya berkisar 3-5% dari total transaksi), namun kesempatan bertemu dengan orang-orang baru, adalah jauh lebih berharga dan membuat saya terkesan. Terima kasih, dan semoga kita bisa bertemu di transaksi yang berbeda.

Tidak ada waktu

Dari halaman lapak yang saya gelar sejak hampir setahun lalu, hanya ada informasi singkat tentang apa jasa yang saya tawarkan, dan nomor handphone yang bisa dihubungi hampir setiap saat. Tidak lebih. Karena sekarang saya masih berstatus sebagai karyawan pabrik, maka agak sulit untuk membagi waktu antara memburuh dengan melayani WhatsApp atau SMS dari calon pembeli. Bukannya sok sibuk, tapi saya berpikir untuk tidak terlalu "attached" dengan gadget atau handphone.

Ingin beralih ke bisnis lain

Saya baru saja membeli sebuah printer (PSC, yang bisa jadi scanner juga). Saya mulai berpikiran untuk "menggandakan uang" dengan alat ini. Bukan menggandakan dalam arti sebenarnya, tentu saja. Karena kalau demikian, pintu bui akan jadi lebih lebar buat saya. Ketika bisnis yang baru mulai berjalan, insya Allah akan saya ceritakan suka dukanya di blog sederhana ini juga nanti.

Birokrasi yang kompleks (pajak, izin masuk, bea-bea tak terduga)

Tak bisa diragukan lagi, negeri ini memang penuh dengan birokrasi.
Bagi sebagian pengusaha, birokrasi masih menjadi momok
Setelah saya perhatikan, ada banyak sekali barang dari luar negeri yang tak bisa langsung masuk ke Indonesia. Barang-barang ini meliputi barang elektronik (seperti kamera, handphone, dll), buku-buku (versi cetak), dan masih banyak barang lainnya. Kerepotan seperti inilah yang ingin saya hindari, karena terus terang saya agak malas berhadapan dengan PNS. Hehehehe..

Demikian sekelumit cerita usaha yang saya jalani, semoga bisa diambil manfaatnya. Aamiin.



Menjadi PNS vs Pengusaha

Menjadi PNS bagi sebagian orang adalah sebuah kebanggaan. Bangga karena penghasilannya sudah pasti (entah sudah pasti segitu-segitu saja sampai nungging atau sudah pasti lainnya). Bangga karena kalau berangkat ke kantor bisa pake seragam. Bangga karena setelah pensiun pun masih dapat pesangon ala kadarnya. Dan bangga karena menjadi abdi negara, abdi masyarakat. Tapi banyak juga orang yang enggan menjadi PNS, salah satunya Romi Satria Wahono, founder ilmukomputer dot com. Disclaimer : tulisan ini murni subjektif.

karyawan versus pengusaha
Mengapa sebaiknya tidak menjadi PNS?

Calo bin Makelar alias Biong atawa Perantara a.k.a Orang Dalam

Suatu sore di tahun 2009, Ibu saya pernah ditelpon seseorang yang mengaku "keluarga jauh". Setelah berbasa-basi sedikit, seperti menanyakan kabar, lagi sibuk apa, sudah pensiun apa belum, dst, orang tersebut menawarkan jasa untuk meloloskan saya dalam sebuah tes CPNS di daerah tempat saya tinggal. Kala itu memang sedang rame-ramenya penerimaan aparatur negara. Sekadar iseng, Ibu saya tanya, "Emang berapa biayanya?" Suara di seberang sana menjawab, "Murah Bulek, cuma tujuh puluh juta."

Sontak Ibu terkekeh. Setelah itu Ibu bercerita. "Duit segitu kita bisa buat naek haji. Buat dua orang, Bu!" jawab saya. Ternyata hal-hal sedemikian hanyalah sekadar modus penipuan. Banyak sekali janji-janji manis orang yang mengaku punya link ke panitia penerimaan pegawai, dengan harapan si korban akan benar-benar lulus, dengan atau tanpa bantuan si broker. Bukankah ini bisnis modal dengkul bin cingcong yang cukup mehong dan penuh kibulisasi? Dari awalnya saja sudah kotor, apalagi ketika masuk bekerja?

"Tapi kan kalau nggak lolos, duitnya bisa dibalikin?" Sampeyan belum tahu sih berapa banyak cerita si Calo tukang kibul kabur tak berbekas atau bersilat lidah. Nah loh, memble aje lu pade, kata orang Betawi.

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Sungguh sangat besar kebolehjadian orang-orang pemerintahan itu untuk melakukan praktek KKN. Logika saja. Berapa sih gaji PNS? Kalau mereka tidak mencari tambahan di sana-sini, apakah mungkin bisa hidup berlebih? Mulai dari korupsi waktu (datang jam 10 pagi, ashar sudah di rumah), korupsi anggaran (beli komputer sebiji minta disiapin duit 10 juta perak, padahal keperluan cuma buat mengetik dan main solitaire), kolusi proyek (yang menang tender yang paling sering ngasih amplop dan gratifikasi semacam parsel lebaran), hingga nepotisme (yang keluarga sendiri bisa nyerobot antrian).

Saya yakin masih banyak orang-orang di pemerintahan yang berhati bersih, punya nurani. Namun bila sistemnya masih begitu-begitu saja, saya pikir akan butuh waktu lama untuk menjadi lebih baik. Mentalitas lebih sulit diubah daripada kebijakan.

Jarang ada PNS yang tajir

Tajir dalam artian benar-benar kaya sekaya-kayanya. Kalau hanya sekadar punya mobil dan rumah tingkat dua sih bukan kaya namanya, karena yang jualan baju koko di emperan Tanah Abang pun mobilnya Alphard. Lihat daftar 40 orang terkaya di dunia, apakah ada yang profesinya jadi PNS? Nggak ada bro. Apakah salah punya cita-cita menjadi PNS dan sekaligus masuk dalam daftar orang terkaya? Nggak juga, tapi kayaknya bakal jadi cita-cita tak kesampaian. Songongnya naujubilah pake checkin di hotel mewah katanya seminar (yang judul seminarnya sampe 3 baris di spanduk), padahal yang mereka makan duit-duit pajak kita juga. Hati-hati lihat PNS model begini, biasanya makan duit haram atau minimal SK-nya sudah digadai ke Bank.

Pintar atau bodoh, gaji tak beda

Di sistem pemerintahan yang mawut, kinerja ditinjau dari parameter yang absurd. Semisal, masa kerja pangkat dan golongan. Dan yang perlu kita ketahui bersama, setelah berstatus menjadi PNS, maka akan sulit bagi negara untuk memecat orang-orang yang mangkir. Paling maksimal hanya diberi teguran atau surat peringatan. Tidak lebih. Mau punya prestasi sebesar apapun, akan sulit kalau status masih golongan 3A. Mau naik gaji? Tunggu masa jabatan dulu lah yaw.

Mesin Absensi

Nah, ini juga yang menjadi salah satu tolak ukur kinerja PNS. Bisa saja, pagi-pagi jam 8 sudah ngejeglok mesin absensi (kalau mesin absensinya masih yang model kartu), tapi setelah itu ke warung sarapan dulu. Eits, jangan lupa itu satu paket dengan minum kopi merokok dan baca koran. Jam 10 pagi saat rakyat-rakyat miskin Indonesia sudah berjubel mengantri, petugas baru datang dan mulai benar-benar bekerja. Jam 12 waktu adzan dhuhur pertanda istirahat makan siang plus tidur di musholla. Jam setengah dua balik lagi kerja dan adzan 'ashr ibarat bel tanda pulang. Mau ngomong soal produktivitas?

Menjadi PNS akan sulit mengembangkan diri

Karena birokrasinya sejak mulai menjadi PNS hingga pensiun itu semrawutnya bukan main, sudah pasti orang-orang di dalamnya tak punya kesempatan untuk mengembangkan diri. Mau usul ide brilian? Eits, nanti dulu. Lihat posisi Anda siapa? Ada eselon 1,2,3 dan 4 di atas Anda. Kalau tak hati-hati bisa dijegal yang mengaku kawan. Mau angkat bicara nunggu punya gelar mentereng dulu.

Akhir kata...

Ada sekitar 4,7 juta orang yang bekerja menjadi PNS saat ini. Anggap saja separuhnya mengundurkan diri, lalu beralih profesi menjadi pengusaha. Ekonomi Indonesia langsung bangkit, karena jika 1% dari jumlah penduduk (sebagai syarat ekonomi negara menjadi maju) akan langsung tercapai. Adalah wajar bila orang tua akan cenderung mengarahkan anaknya untuk memiliki profesi yang sama. Jadi, anak PNS biasanya jadi PNS. Namun anak pengusaha akan cenderung jadi pengusaha. Jika sudah terlanjur menjadi anak PNS, kita harus memutus mata rantai supaya anak kita tak bercita-cita menjadi PNS.

Mengintip Kekayaan Capres dan Cawapres 2014

Mari kita telaah satu persatu aset dan kekayaan capres dan cawapres, berdasarkan website KPK di ACCH.KPK.GO.ID. Karena yang menarik adalah keempat orang tersebut memiliki latar belakang kewirausahaan alias pengusaha. Pengumuman pemilu Presiden tinggal menunggu hitungan menit. Pilihannya hanya dua, kalau tak Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang menang, sudah barang tentu Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang melenggang ke istana negara. Seri hampir tak mungkin.

Kekayaan Capres dan Cawapres

kekayaan capres dan cawapres

Kekayaan Prabowo Subianto

Prabowo lebih dikenal karena karir militernya. Yang tak banyak diketahui orang, sebetulnya Prabowo hidup di lingkungan pebisnis. Menantu (atau mantan menantu?) dari mantan Presiden Soeharto ini lahir dari seorang begawan ekonomi bernama Soemitro Djojohadikusumo, dan cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, founder dari Bank Negara Indonesia. Setelah "berhenti" dari karir kemiliterannya pada tahun 1999, Prabowo memulai kehidupan barunya di Yordania, di mana ia berkenalan dengan Pangeran Yordania, Abdullah II (yang juga kawan sekolah militernya) dan berbisnis bersama adik kandungnya, Hashim Sudjono Djojohadikoesoemo.

Pada tahun 2003, Prabowo sempat melaporkan harta kekayaannya ke KPK. Saat itu, ia masih berstatus Mantan Komando - Sekolah Staff dan Komando ABRI. Setelah itu, Prabowo sempat melaporkan harta kekayaannya pada tahun 2009 menjelang pemilu presiden. Saat itu ia digandeng Megawati sebagai calon wakil presiden. Tetapi, LHKPN Prabowo hanya ada tahun 2003 di website KPK.

Pada tahun 2003, total harta kekayaan Prabowo "hanya" berkisar Rp 10 milyar. Namun di tahun 2014 ini, total harta kekayaannya melonjak tajam menjadi 1,6 trilyun rupiah. Ia pun menjadi orang yang paling tajir, bahkan jika harta kekayaan Jokowi, Jusuf Kalla, dan Hatta Rajasa digabungkan, jumlahnya tak mencapai separuh kekayaan Prabowo.

Harta kekayaan Prabowo berasal dari tanahnya yang memiliki luas 9 hektar di Cianjur, dan mayoritas adalah surat berharga bernilai Rp 1,5 trilyun yang tersebar di 26 perusahaan.

kekayaan prabowo subianto

kekayaan prabowo subianto

kekayaan prabowo subianto

kekayaan prabowo subianto



Sedangkan untuk LHKPN terbaru (atau bahkan untuk tahun 2009), penulis belum menemukannya baik di website KPK atau di situs manapun. Mungkin saking banyaknya, jadi ngitungnya susah kali ya?

Kekayaan Jokowi (Joko Widodo)

Joko Widodo merupakan capres yang cukup rajin melaporkan harta kekayaannya ke KPK. Tercatat ia 4 (empat) kali melaporkan kekayaannya ke KPK, yaitu pada tahun 2005, 2008, 2010, dan terakhir 2012 lalu. LHKPN tahun 2014 yang terbaru, belum dicantumkan di website KPK. Dari laporan ke laporan, kekayaan Jokowi tak meningkat tajam seperti Prabowo. Total kekayaan Joko Widodo dari laporan ke laporan berturut-turut adalah Rp 9,6 milyar, Rp 14,192 milyar, Rp 18, 47 milyar, dan pada tahun 2012 sebesar Rp 27,255 milyar.

Jokowi adalah capres dengan harta yang paling minimalis, selisih sedikit dengan harta kekayaan M Hatta Rajasa. LHKPN Jokowi tahun 2014 lalu menyebutkan, ia memiliki total harta kekayaan sebesar Rp 29,892 milyar. Harta ini didapat selain dari karirnya sebagai walikota dan gubernur, juga berasal dari perusahaan furnitur miliknya yang berkibar di bawah bendera CV Rakabu.

kekayaan joko widodo

Kekayaan Jusuf Kalla

Jusuf Kalla memang lahir dan tumbuh di keluarga yang kental semangat bisnisnya. Di bawah panji Kalla Group, JK terbukti berhasil menjalankan usaha di berbagai bidang industri. Tercatat di website KPK, Jusuf Kalla telah 4 kali melaporkan harta kekayaannya. Termasuk ketika masih menjabat sebagai wakil presiden periode 2004 hingga 2009.

Total kekayaan Jusuf Kalla dari laporan ke laporan adalah Rp 134,26 milyar (tahun 2001), Rp 194,192 milyar (tahun 2004), Rp 253,911 milyar (tahun 2007), dan terakhir tahun 2009 sebesar Rp 314,5 milyar.

Sedangkan laporan terakhir menurut KPK, Jusuf Kalla memiliki jumlah kekayaan sebesar Rp 465, 61 milyar. LHKPN Jusuf Kalla setelah tahun 2009 juga belum penulis temukan di website KPK.

kekayaan jusuf kalla

Kekayaan M Hatta Rajasa

Hatta Rajasa mendirikan PT Arthindo Utama (arthindo.co.id) pada tahun 1982. Sejak tahun 2000, ia berfokus di karir politik sebagai anggota DPR untuk fraksi Amanat Nasional. Jabatan menteri selalu ia terima sejak tahun 2001 (dengan departemen yang berbeda), hingga akhir memutuskan mundur karena berpasangan dengan Prabowo di Pilpres 2014.

Tercatat terdapat 4 (empat) laporan kekayaannya di website KPK. Tahun 2001 (Rp 7,108 milyar), tahun 2004 (Rp 9,635 milyar), tahun 2009 (Rp 14,8 milyar), dan tahun 2012 total kekayaan Hatta Rajasa menjadi Rp 16,955 milyar plus USD 56,936. Menurut KPK, total kekayaan Hatta Rajasa pada tahun 2014 adalah sebesar Rp 30,234 milyar.

kekayaan hatta rajasa

Peluang Usaha Menjelang Pemilu

Banyak sekali peluang usaha menjelang pemilu, kalau mau dipikirkan baik-baik. Entah itu pemilu legislatif atau pemilihan presiden yang akan berlangsung sesaat lagi. Bayangkan, uang yang dianggarkan untuk Pemilihan umum tahun 2014 mencapai Rp 17 triliun. Dana ini belum termasuk dana yang dikeluarkan oleh masing-masing partai. Kalikan saja sekian milyar dengan 12 partai.

komisi pemilihan umum


Pengeluaran dari Komisi Pemilihan Umum misalnya untuk pengadaan TPS termasuk perangkat dan petugasnya. KPU menghabiskan Rp 16 milyar lebih untuk membeli tinta pemilu dari tiga perusahaan : CV Tridaya Pratama, PT Intimas Wisesa, dan PT Tintamas Tirta Surya. Itu baru soal tinta pemilu, belum lagi surat suara, kotak tempat mengumpulkan kertas suara, dan lain-lain. Biarkan saja orang lain ribut soal capres atau anggota legislatif, yang penting lapak kita tetep rame.

Jasa konsultan dan pemenangan

Banyak cara dilakukan orang untuk memenangkan sang client. Salah satunya adalah dengan berkampanye ke sebanyak mungkin masyarakat. Biasanya, komisi baru diberikan caleg ketika hasil penghitungan suara sudah selesai, alias bayar belakangan. Ini termasuk menyewa buzzer buat kampanye di Twitter, Facebook, dan berbagai media sosial lain.

Dukun alias orang pintar

Menjelang pemilu, banyak sekali dukun dadakan yang mengaku dapat menolong caleg meraih kursi idaman di Senayan. Entah bagaimana prosesnya, yang membuat penulis heran, kalau memang sang dukun sungguh-sungguh manjur, kenapa tidak dia saja yang maju menjadi caleg? Mungkin kebanyakan dukun nggak ganteng, atau tak tahu cara memakai dasi.

Spanduk, kaos, poster, dan baliho

Yang berkaitan dengan percetakan memang ketiban rejeki dalam event 5 tahun sekali ini. Kebanyakan spanduk dan poster memang berkualitas rendah, atawa murah meriah. Ini memang disengaja supaya spanduk cepat rusak karena toh musim kampanye tak terlalu lama.

Edit video/foto, iklan, designer

Muka caleg yang bikin muak bisa disulap menjadi sumringah dan cerah bersahaja. Kalau senyum kurang mengembang atau wajah kurang cerah seperti bintang iklan Biore Mens, tenang saja ada Adobe Photoshop. Untuk urusan video di YouTube, bisa tiru-tiru lagu barat terus digubah dikit-dikit.

Kalender

Kalau lapak lain bikin produk yang mungkin akan usang dalam waktu singkat, lain halnya dengan kalender. Pedagang kalender edisi foto caleg minimal akan membuat produk yang dipakai beberapa bulan. Kalau bosan melihat wajah caleg (yang mungkin sudah gagal), bagian foto silakan dipotong saja.

Oya, ada satu lagi peluang usaha yang tak kalah menguntungkan yang muncul setelah pemilu selesai : pedagang obat anti depresi, rumah sakit jiwa, dan pesantren penampung caleg stress.

Menghadapi Persaingan Usaha

Tak jauh dari ruko Anda, ada ruko lain yang memiliki bisnis serupa. "Kompetitor!" pikir Anda. Takut menghadapi persaingan usaha, Anda pun jadi panik. Tidur tak tenang, makan tak sedap, tahu-tahu sudah kenyang, tanpa rasa. Banyak pertanyaan menerawang di pikiran. Apakah pesaing Anda punya produk yang lebih baik? Apakah pelanggan Anda akan beralih ke lapak sebelah? Apakah mereka punya harga yang lebih murah? Bagaimana jika omset saya menurun? Dan sejuta pertanyaan lain merasuki pikiran dan membuat kita tidak fokus berbisnis.
bangunan coffee shop

Your competitor validates your business

Kalau sekampung nggak ada yang buka warnet satupun, mungkin sebagian besar orang berpikir itu adalah peluang usaha. Tapi, bisa jadi justru ketiadaan warnet itu karena memang di situ tidak ada demand sama sekali. Jadi, kalau setiap 100 meter ada warnet, justru itu bukti bahwa memang bisnisnya sedang bagus. Ada demand, ada supply. Ada persaingan usaha, justru menjadi petunjuk bahwa sebetulnya ada pasar di situ.

We can not eat a whole pie

Menjadi pemonopoli harus jadi ide yang kita buang jauh-jauh sedari awal membuka usaha. Jangan buka bisnis yang sekadar supaya tetangga Anda nggak bisa makan. Kita tidak bisa memakan semuanya, sebagaimana orang lain juga tidak bisa memakan semua kuenya. Yang perlu dipastikan hanya apakah setiap orang mendapatkan bagian yang cukup.

Focus on what you are good at

Market bisa jenuh. Market bisa saja sepi mendadak. Pasar menjadi rusak. Ini bisa disebabkan karena kebodohan para pelaku usaha dengan bidang bisnis yang mirip. Ini bukan tentang lari dikejar beruang, di mana kalau pesaing Anda mati karena terlalu lambat, Anda bisa dengan santai berlari sendirian. Tapi ini tentang makan di restoran buffet, di mana setiap orang membayar dengan harga yang sama, dan jatah masing-masing orang selalu tersedia. Fokus pada kualitas produk yang lebih baik, atau pelayanan yang lebih ramah. Jika barang lapak sebelah lebih bagus, senyum Anda pada pembeli harus lebih lebar.

Stress kills

Memikirkan pesaing siang dan malam sangat menguras waktu, dan kesehatan Anda. Belum tentu juga mereka mikirin kita. "Hey, kalian tahu di ujung jalan sana ada mini market baru berdiri?" tanya seorang bos pada bawahannya. "Tapi Pak.." pegawai mencoba menengahi. "Saya tidak mau tahu! Pokoknya cari tahu berapa omsetnya per hari, berapa orang yang jadi pelanggan mereka, kalau perlu sewa detekfif swasta buat penyelidikan kita. Kenapa sih, usaha mereka lebih rame dari usaha kita?" si Bos makin meradang. "Tapi Pak, toko kita ini kan toko bangunan?" jawab pegawai memelas.

Ada kalanya kekhawatiran kita berlebihan. Sebetulnya kita tidak boleh takut menghadapi persaingan usaha.

Pikir 1000 kali jika ingin perang harga

Ada sebuah cerita tentang pedagang  jeruk yang berdagang bersebelahan. Sebut saja Hasan dan Husein. Suatu ketika seorang Ibu calon pembeli jeruk memilih-milih jeruk milik Hasan. "Sekilo berapaan, Bang?" tanya Ibu. "Sekilo 1000 rupiah Bu, manis-manis loh Bu.." jawab Hasan meyakinkan. Melihat hal itu Husein jadi kesal. "Bu kalau Ibu beli sama saya, nanti saya kasih gratis 1 buah jeruk ekstra," tantang Husein. Hasan pun berang. "Oh saya turunin harga deh Bu, jadi 900 sekilo, dapet tambahan ekstra 1 jeruk," Hasan tak mau kalah.

Akhirnya, mereka pun separuh beradu mulut sehingga harga per kilo di Hasan jadi 200 rupiah dengan bonus 3 jeruk, dan harga Husein 300 rupiah dengan bonus 4 jeruk. "Sudah sudah.. Kalau begitu saya beli dari abang ini sekilo, dan dari abang yang ini satu kilo juga," sang Ibu menghentikan perdebatan di pasar itu. Setelah si Ibu pergi, Hasan dan Husein pun masih ngotot menentukan siapa yang lebih untung dan siapa yang bodoh tak pandai menjual.

Hampir berkelahi, datang seorang Bapak yang melerai mereka berdua. Setelah mendengar cerita utuhnya, "Hmm.. Sebetulnya modal kalian per kilogram jeruk berapa?" tanya si Bapak. "Delapan ratus!" jawab Hasan dan Husein hampir serentak. "Jadi, kalau masing-masing kalian menjual 200 rupiah per kilo dengan bonus 3 jeruk dan satu lagi menjual 300 rupiah dengan bonus 4 jeruk, siapa yang sebetulnya bodoh dan tak pandai menjual?"

Bargaining Power Penjual

Kita sudah belajar sedikit trik untuk menawar harga di tulisan sebelumnya. Dari sisi penjual, sebetulnya kita juga memiliki bargaining power yang mesti dimanfaatkan. Perlu diingat, our product is as fabulous as we are. Barang yang kita jual itu sudah tepat harganya, porsinya, iklannya, dan pengemasannya. Pada tulisan kali ini kita belajar bentuk-bentuk intimidasi calon pembeli yang umum terjadi. Hati-hati, jangan sampai kemakan.
Our product is as fabulous as we are
Saya ambil kasus ketika saya menjual gitar Yamaha GL-1 di tokobagus dot com pada Jumat jam 11 malam, dan deal di hari Minggu pagi. Bunyi iklannya tak terlalu muluk, "Dijual Yamaha GL-1 Guitalele" sebagai tajuk, dan saya kasih harga Rp 299.000, alias tak sampai sapekceng. Foto cukup 2 saja, ambil gambar terbaik, jangan ngeblur-ngeblur amat, atau punya resolusi rendah. Lengkap dengan nomor handphone saya. Iklan yang tak banyak cingcong. Sempurna.


"Gan, gitarnya masih ada?" SMS pertama masuk jam 10 pagi hari berikutnya. Standar. Inti dari percakapannya baru ketahuan setelah beberapa kali bertukar pesan. "Boleh ya 250ribu, Selasa saya ambil di Slipi. Thanks".

Nawar harga seolah pasti dikasih

Mungkin dia pikir kita lagi butuh duit banget (emang iya sih, haha), sehingga berpikir bahwa saya akan langsung mengiyakan. Ingat, our price is right. Saya pernah lihat guitalele baru di Gramedia harganya Rp 450ribu. Saya beli di tahun 2008 di sebuah toko musik di Yogyakarta, harganya Rp 400ribu. Nggak dosa-dosa amat rasanya kalau harganya jadi 75% dari harga beli. Sudah dikasih label fixed price pula di iklannya. Pasti laku di harga segitu.

Menganggap barang punya kualitas rendah

Ada lagi SMS masuk, "Jangan-jangan barang KW ya? Ini ori Yamaha atau bukan?" Sudah disebut di iklan dengan lengkap, Yamaha GL-1. Kalau KW pasti nggak ditulis Yamaha, tapi Yahama atau Yamala. Plus senar baru saja saya ganti baru. Ingat aturan jualan kita : our product is the best of its kind that available on the market right now. Ini harus yakin betul, karena kalau nggak yakin sama produk sendiri, bagaimana kita akan meyakinkan orang lain?

Mengiba

"Gimana, 200 ribu aja ya? Ini anak saya mau masuk SD butuh duit" Kalau kata orang Sunda sih, sebodo teuing alias peduli amat. Jadilah pedagang yang profesional! Jauhkan diri dari rasa belas kasihan. Kalau mau nyumbang, bukan di tokobagus tempatnya. Saya balas SMS pembeli tersebut dengan "Maaf Pak, nggak bisa bantu. Ini Pak, kalau mau curhat mention saja Pak SBY di Twitter : @SBYudhoyono"

Membandingkan dengan pedagang lain

"Mas, saya pernah lihat di anu (menyebutkan tempat lain), harganya nggak semahal ini". Ini trik basi. Dia menghubungi kita pasti karena terpesona dengan kualitas dari barang kita. Jadi kalau memang benar di tempat lain harganya jauh lebih murah, tentu pembeli sudah ambil dari tempat lain.

Merusak lapak orang lain

Ini yang paling parah. Biasanya di website khusus untuk jual beli, fitur komentar nggak bisa terlalu bebas. Tapi, semacam KasKus di mana orang bebas berkomentar (KasKus menurut saya bukan tempat ideal untuk jual beli, hanya saja traffic nya tinggi alias banyak pengunjungnya saja), biasanya kita kecolongan komentar-komentar bernada sinis seperti "Wah, mending upgrade ke model yang versi baru, harganya sama!" atau "Kemahalan nih harga segini, kunjungi lapak saya di http ....." atau "Hati-hati dengan pedagang ini, saya pernah beli sama dia eh nyampenya baru sebulan" atau hal-hal lain. Ini sudah jelas mengikis kredibilitas.

Kesimpulan

Percayalah, bahwa produk akan terjual dengan harga yang kita inginkan. Jangan buru-buru kasih kalau ada yang nawar. Jangan terintimidasi. Kalau nggak cocok sama calon pembeli pertama, anggap saja belum jodoh. Masih banyak yang antri buat mau bayar sesuai yang kita minta. Seperti kata Afgan, buat pembeli yang SADIS, KATAKAN TIDAK. SABAR, karena kita jualan TANPA BATAS WAKTU. Apalagi kalau barang HANYA ADA SATU. Ujung-ujungnya JODOH PASTI BERTEMU. #hoekgrokcuih

Pengalaman Bisnis Warnet (Bagian 2)

Baca tulisan sebelumnya : Pengalaman Bisnis Warnet (Bagian 1). Persiapan awal seperti lokasi, modal, dan (yang terpenting) nyali sudah tersedia, maka selanjutnya tinggal menjalankannya saja.

warnet

Penyedia jasa internet apa yang cocok untuk warnet?

Di kampung kami, tidak ada pilihan lain selain menggunakan Telkom Speedy. Untungnya, untuk pemakaian 3 bulan pertama, masih ada diskon dan modem diberi gratis. Kami memakai paket Office dengan kecepatan 1Mbps yang dibagi ke 6 PC saja. Jadi paket ini lebih dari cukup. Jika jumlah PC lebih dari itu, gunakan paket yang lebih mumpuni.

Billing software yang digunakan di Warnet

Kami dulu menggunakan gBilling yang dibuat oleh Ardhan Madras (kunjungi websitenya di gbilling.sourceforge.net). Billing software ini bersifat free dan open source. Kami memberikan donasi, dan sebagai gantinya, nama kami ada di dalam daftar donatur. Sayangnya, sejak 2011 belum ada versi gBilling yang lebih baru. Billing software ini relatif mudah digunakan, dan yang terpenting adalah dapat dipasang di sistem operasi Windows dan Linux.

Berapa tarif yang ideal untuk warnet?

Tarif atau harga sewa per jam untuk sebuah warnet memang tergantung dari banyak hal. Yang terpenting, kita harus mendapatkan profit. Cara paling mudah adalah, lihat saja warnet sebelah pasang berapa per jam, lalu ikuti saja. Cara lain, kita hitung semua pengeluaran per bulan, seperti listrik, internet, gaji karyawan, dan sewa tempat (bila ada). Katakan sehari buka dari jam 7 pagi hingga 9 malam, berarti 14 jam, dikali jumlah PC dikali 50% (angka ini bisa lebih tinggi bila kita optimis warnet bakal rame sepanjang waktu, tapi untuk jaga-jaga, gunakan 50-60 persen saja). Dari angka ini, kita bisa simpulkan berapa harga yang pantas untuk meraih profit.

Desain warnet ideal seperti apa?

Kami sering melihat warnet (di banyak tempat) menggunakan model bilik-bilik yang semi tertutup. Semua monitor menghadap ke arah dinding, jadi nggak kelihatan orang yang di dalem lagi browsing apa. Belum lagi kalau ada pasangan muda-mudi yang dateng. Ini warnet apa tempat paling kondusif untuk bermesum ria?? Didasari kekhawatiran seperti itulah, desain warnet kami tidak menggunakan bilik, tapi meja yang terbuka. Meja berukuran tinggi 70 cm, lebar 80 cm, dan panjang ke belakang sekitar 60 cm. Monitor menggunakan LCD ukuran 17 inch, dan case PC diletakkan di rak di atas monitor. Semuanya terbuka. Simple approach. Nggak perlu software khusus semacam remote desktop untuk mengetahui kegiatan client.

Apa yang paling banyak dibutuhkan konsumen warnet?

Dulu orang ke warnet nggak jauh-jauh dari browsing-browsing di Facebook, ngerjain tugas, main game. Cuma itu saja. Jadi sebetulnya operator warnet tak mesti yang jago-jago amat. Jangan lupa, kita sebagai pemilik bisnis juga punya tanggung jawab moral dan memiliki beban psikologis kalau konsumen kita masih anak sekolah. Kalau masih pakai baju seragam, disuruh pulang dulu. Kalau main kelamaan, disuruh pulang juga. Ajari juga mereka hal-hal yang berguna seperti menggunakan email, mesin pencari, dan situs-situs pendidikan untuk belajar.

Cross-selling di warnet?

Cross-selling di warnet bisa dilakukan dengan menjual layanan lain seperti jasa ketik, cetak dokumen, edit dan cetak foto, menjual makanan dan minuman, dan lain-lain. Namun yang terpenting, jika warnet sedang sepi (benar-benar nggak ada pengunjung), yang paling sering kami lakukan adalah fokus pada bisnis yang lain, karena dulu kami juga jualan toples, panci, karpet, sembako, sampe mobil second. Kalau memang ada waktu lebih, gunakan untuk istirahat.

Apa untungnya punya bisnis warnet?

Jika mau jujur, untung secara nominal dari bisnis warnet sebetulnya tidak terlalu besar. Yang benar-benar kami syukuri adalah hal-hal lain yang tidak terukur. Contoh saja, kesempatan untuk lebih banyak waktu luang bersama keluarga (karena toh buka warung di samping rumah), lebih ada waktu untuk sholat berjamaah di masjid, dan yang terpenting, berlatih terjun menjadi pebisnis sebenarnya : benar-benar punya usaha/lapak, benar-benar memberikan senyum terbaik dan keramahan pada pelanggan yang loyal. Itu adalah pengalaman yang sukar dinilai dengan uang.

Masalah yang sering dijumpai di bisnis warnet?

Hm.. Banyak. Paling umum, pelanggan benar-benar awam dengan komputer. Masalah kedua yang tak kalah krusial : listrik. Karena kami di kampung, ketersediaan listrik tidak begitu meyakinkan. Terkadang jika terjadi pemadaman, kami harus menunggu hingga 5-6 jam. Suka-suka PLN. Mau bagaimana lagi. Nasib. Kalau Malaysia jual listrik, mungkin beli dari Malaysia saja. Jika di warnet lain, mungkin masalah terletak pada kepiawaian operator warnet melayani pelanggan. Kalau nggak jago cari orang, siap-siap saja kena sumpah serapah.

Bagaimana prospek warnet jangka panjang?


Prospek warnet sebetulnya masih menjanjikan, walaupun internet sudah merambah hingga ke rumah-rumah, atau orang kini lebih menyukai browsing via smartphone. Di kampung, yang infrastrukturnya masih terbatas, harga sewa per jam untuk warnet bisa mencapai 20ribu rupiah, karena akses internet sukar sekali. Untuk saat ini, ketika memilih untuk terjun dalam bisnis warnet, orang akan punya lebih banyak pertimbangan daripada dulu ketika warnet masih jarang. Pada akhirnya, kami pun berhenti, bukan karena warnet sepi pengunjung (dulu malah sedang rame-ramenya terus tiba-tiba tutup), tapi karena kecapekan. Inginnya hanya fokus di bisnis-bisnis tertentu saja, dan warnet harus jadi yang ditinggalkan. Mohon maaf ya para pelanggan.

Kesan dan Pesan

  1. Bisnis warnet masih menjanjikan. Nyali lebih penting daripada modal.

  2. Hitung semua cost terlebih dahulu sebelum memulai. Gunakan angka paling pesimis. Jika masuk hitungan, bismillah, berangkat cap cus cin.

  3. Kejar pengalaman bisnis, pembelajaran hidup, relasi sosial. Jangan mengejar uang. Semua pengusaha warnet yang saya kenal, toh hidupnya nggak tajir-tajir banget. Punya bisnis warnet nggak bakal bikin kaya.

  4. Sedekah semampunya.

  5. Lakukan yang menurut Anda benar, jangan yang kebanyakan orang lakukan.

  6. Nikmati hidup. Syukuri kerugian hari ini sebagaimana kita mensyukuri untung kemarin.

  7. Udah gitu doang.